Evolutionary Software Process Model (Software Proses Model) adalah proses model yang mengandung proses-proses perulangan. Proses ini menghasilkan produk yang secara berkala terus dilakukan pembaharuan berdasarkan batasan-batasan waktu yang sudah ditentukan.
A. The Incremental Model
Incremental Model adalah proses pemodelan kombinasi antar elemen-elemen Linear Sequential Model dan Prototyping Model. Setiap jangka waktu tertentu, hasil produk ini secara berkala diperbaharui sehingga memungkinkan spesifikasi kebutuhan-kebutuhan pengguna akan fungsi, performa dan efisiensinya dipenuhi. Dengan adanya pembaharuan secara berkalah menginformasikan bahwa ketidakadanya perancangan kembali produk software yang akan dibangun, tetapi didasarkan atas software yang sudah ada dianalisa dan kemudian dijadikan bekal untuk pembangunan increment pembaharuannya.
Model ini tidak cocok untuk proyek yang memiliki kapasitas akses berukuran besar. Model ini cocok untuk digunakan sebagai dasar pemodelan dalam perancangan-perancangan pembuatan software yang sudah ada untuk dilakukan pengembangan. Cocok untuk proyek-proyek pemrancangan pengembangan pembuatan sistem yang berukuran kecil.
B. Spiral Model
Spiral Model adalah proses pemodelan dalam melakukan perancangan software yang ditawarkan oleh Boehm [3]. Proses model ini adalah proses model evelusioner yang didasari atas dua proses model yang digabungkan menjadi satu proses model, yaitu Prototyping Model dengan konsep perulangannya dan Linear Sequential Model dengan pengontrolannya. Perulangan-perulangan yang dilakukan pada proses model ini adalah merupakan perulangan-perulangan setiap tahapan proses yang dilakukan developer sebagai perbaikan-perbaikan terdadap software yang akan dibangun untuk mendapakan hasil yang lebih baik. Sedangkan Waterfall dengan pengontrolannya adalah merupakan suatu dasar pemodelan pada Model Spiral untuk melakukan pengembangan atau pembuatan software berdasarkan alur proses yang tepat.
Setiap tahapan yang dilakukan pada model Spiral dimungkinkan untuk dipertimbangkannya setiap resiko-resiko analisis sebagai dasar bagi developer untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Di mana dimungkinkan apabila adanya kesalahan-kesalahan atau kekeliruan-kekeliruan karena tidak terpenuhinya kebutuhan pengguna, maka proses perbaikan akan dilakukan. Selama software yang dibangun developer belum dikatakan sempurna atau selesai, maka hubungan anta pengguna dan developer terus terbangun untuk mempermudah developer menemukan setiap pori-pori kemungkinaan tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pengguna untuk dianalisa dan dipertimbangkan lebih lanjut dan melakukan diperbaiki.
Gambar 6 Menggambarkan setiap langkah tahapan yang dilakukan pada proses model Spiral.
1) Customer Communication
Komunkasi adalah langkah awal suatu perencanaan dalam membangun sebuah software. Langkah dimana terjadinya pertemuann antar developer dan pengguna/customer untuk menemukan ruang lingkup tujuan pembuatan software secara umum yang didasarkan atas kebutuhan-kebutuhan dan requirements pengguna.
2) Planning
Tahap ini adalah tahap bagi developer untuk menyusun suatu sistematika perencanaan-perencanaan untuk melakukan penyelesaian software yang akan dibangun.
3) Risk Analysis
Mengidentifikasi setiap resiko-resiko yang diperoleh pada setiap proses tahapan pengembangan sebuah software.
4) Engineering
Engineering adalah tahap pembangunan sampel-sampel pemodelan software yang akan dibangun sebagai rancangan sementara bagaimana software tersebut akan bangun nantinya.
5) Constructon and Release
Tahapan ini meliputi tahapan untuk melakukan pembangunan software, pengetesan software, penginstalan software dan pembuatan manual dari software yang dibangun.
6) Customer Evaluation
Pada tahap ini adalah tahap bagi developer untuk mendapatkan feedback dari pengguna berdasarkan hasil bangunan software yang ia bangun.
Proses model Spiral membantu developer memahami dengan luas permasalahan-permasalahan software yang akan ia bangun, sebagai hasil analisanya terhadapa pengguna karena setiap kemajuan yang dicapai pada proses model ini diamati dengan baik oleh developer. Proses model ini cocok digunakan untuk perancangan dan pembangunan software untuk proyek yang besar.
A. The Incremental Model
Incremental Model adalah proses pemodelan kombinasi antar elemen-elemen Linear Sequential Model dan Prototyping Model. Setiap jangka waktu tertentu, hasil produk ini secara berkala diperbaharui sehingga memungkinkan spesifikasi kebutuhan-kebutuhan pengguna akan fungsi, performa dan efisiensinya dipenuhi. Dengan adanya pembaharuan secara berkalah menginformasikan bahwa ketidakadanya perancangan kembali produk software yang akan dibangun, tetapi didasarkan atas software yang sudah ada dianalisa dan kemudian dijadikan bekal untuk pembangunan increment pembaharuannya.
Model ini tidak cocok untuk proyek yang memiliki kapasitas akses berukuran besar. Model ini cocok untuk digunakan sebagai dasar pemodelan dalam perancangan-perancangan pembuatan software yang sudah ada untuk dilakukan pengembangan. Cocok untuk proyek-proyek pemrancangan pengembangan pembuatan sistem yang berukuran kecil.
B. Spiral Model
Spiral Model adalah proses pemodelan dalam melakukan perancangan software yang ditawarkan oleh Boehm [3]. Proses model ini adalah proses model evelusioner yang didasari atas dua proses model yang digabungkan menjadi satu proses model, yaitu Prototyping Model dengan konsep perulangannya dan Linear Sequential Model dengan pengontrolannya. Perulangan-perulangan yang dilakukan pada proses model ini adalah merupakan perulangan-perulangan setiap tahapan proses yang dilakukan developer sebagai perbaikan-perbaikan terdadap software yang akan dibangun untuk mendapakan hasil yang lebih baik. Sedangkan Waterfall dengan pengontrolannya adalah merupakan suatu dasar pemodelan pada Model Spiral untuk melakukan pengembangan atau pembuatan software berdasarkan alur proses yang tepat.
Setiap tahapan yang dilakukan pada model Spiral dimungkinkan untuk dipertimbangkannya setiap resiko-resiko analisis sebagai dasar bagi developer untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Di mana dimungkinkan apabila adanya kesalahan-kesalahan atau kekeliruan-kekeliruan karena tidak terpenuhinya kebutuhan pengguna, maka proses perbaikan akan dilakukan. Selama software yang dibangun developer belum dikatakan sempurna atau selesai, maka hubungan anta pengguna dan developer terus terbangun untuk mempermudah developer menemukan setiap pori-pori kemungkinaan tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pengguna untuk dianalisa dan dipertimbangkan lebih lanjut dan melakukan diperbaiki.
Gambar 6 Menggambarkan setiap langkah tahapan yang dilakukan pada proses model Spiral.
1) Customer Communication
Komunkasi adalah langkah awal suatu perencanaan dalam membangun sebuah software. Langkah dimana terjadinya pertemuann antar developer dan pengguna/customer untuk menemukan ruang lingkup tujuan pembuatan software secara umum yang didasarkan atas kebutuhan-kebutuhan dan requirements pengguna.
2) Planning
Tahap ini adalah tahap bagi developer untuk menyusun suatu sistematika perencanaan-perencanaan untuk melakukan penyelesaian software yang akan dibangun.
3) Risk Analysis
Mengidentifikasi setiap resiko-resiko yang diperoleh pada setiap proses tahapan pengembangan sebuah software.
4) Engineering
Engineering adalah tahap pembangunan sampel-sampel pemodelan software yang akan dibangun sebagai rancangan sementara bagaimana software tersebut akan bangun nantinya.
5) Constructon and Release
Tahapan ini meliputi tahapan untuk melakukan pembangunan software, pengetesan software, penginstalan software dan pembuatan manual dari software yang dibangun.
6) Customer Evaluation
Pada tahap ini adalah tahap bagi developer untuk mendapatkan feedback dari pengguna berdasarkan hasil bangunan software yang ia bangun.
Proses model Spiral membantu developer memahami dengan luas permasalahan-permasalahan software yang akan ia bangun, sebagai hasil analisanya terhadapa pengguna karena setiap kemajuan yang dicapai pada proses model ini diamati dengan baik oleh developer. Proses model ini cocok digunakan untuk perancangan dan pembangunan software untuk proyek yang besar.
C. Model spiral WIN – WIN
Tujuan dari aktivitas ini yaitu untuk mendapatkan kebutuhan proyek dari klien. Dalam konteks ideal, perancang bertanya kepada klien tentang apa yang dibutuhkan dan klien memberi cukup detail untuk bertindak. Dalam kenyataannya, klien dan perancang masuk ke proses negosiasi.
Negosiasi yang baik berusaha menghasilkan kondisi “WIN – WIN”, yaitu klien menang dengan mendapatkan kepuasan dari sistem atau produk yang memenuhi kebutuhannya dan perancang menang dengan mendapatkan kesesuaian keuangan dan batas maktu.
Langkah aktivitasnya :
1. Identifikasi sistem atau kunci sistem “utama”
2. Menentukan “kondisi menang” utama
3. Negosiasi dari kondisi menang utama menguntungan kedua belah pihak (termasuk tim proyek software)
Dalam kondisi tertentu titik berat ditempatkan pada awal negosiasi, model spiral win – win diperkenalkan 3 proses tanda :
1. Perputaran Roda Tujuan (LCO), sekumpulan tujuan dari tiap aktivitas perusahaan rekayasa perangkat lunak
2. Perputaran Roda Arsitektur (LCA), mendirikan tujuan yang harus dijumpai dalam sistem dan software arsitektur yang didefinisikan
3. Inisialisasi Kecakapan Operasional (IOC), menampilkan sekumpulan tujuan perseroan dengan barang yang telah dipersiapkan dari software untuk instalasi / distribusi, letak barang yang telah dipersiapkan terlebih dulu untuk instalasi, dan dibutuhkan personil dari semua yang turut serta menggunakan atau mendukung software.
D. The Concurrent Development Model
Pada model ini aktifitas kerja dilakukan secara bersamaan, setiap proses kerja memiliki beberapa pemicu kerja dari aktifitas. Pemicu dapat berasal dari awal proses kerja maupun dari pemicu yang lain karena setiap pemicu akan saling berhubungan.
Concurrent process model dapat digambarkan secara skematik sebagai rangkaian dari kegiatan teknis utama, tugas, dan hubungan antar bagian.
Aktivitas—Analisa— mungkin pada tiap orang mencatat bagian-bagian di setiap waktu. Dengan cara yang sama, aktivitas yang lain (seperti, disain atau komunikasi pelanggan) dapat digambarkan dengan cara yang sama.
Concurrent process model sering digunakan sebagai paradigma untuk pengembangan aplikasi client/server. Sistem client/server terdiri atas satu set komponen yang fungsional. Ketika diaplikasikan untuk client/server, Concurrent process model menggambarkan aktivitas di dua dimensi: dimensi sistem dan dimensi komponen.
Dimensi Sistem ditujukan menggunakan tiga aktivitas: disain (design), perakitan (assembly), dan penggunaan (use).
Dimensi komponen ditujukan dengan dua aktivitas: disain (design) dan realisasi.
Concurrency dicapai dalam jalan dua arah:
1. Sistem dan komponen aktivitas terjadi secara simultan dan dapat diperagakan menggunakan pendekatan yang berorientasi status sebelumnya.
2. kekhasan aplikasi client/server adalah diterapkan dengan banyak komponen, masing-masing dapat dirancang dan direalisir secara bersamaan.
Share This :
0 komentar